Sabtu, 10 November 2012

puisi untuk BUNDA



Afwan...Ku Masih tetap di Sini...

Kesunyian kembali membingkai malam. yang terdengar hanya suara mereka di luar sana. sedang di sini, kembali ku mengingatmu ibu.. ayah..... kembali ku amat merindukanmu......

Kepala ini, rasanya ingin pecah, entah sejak kapan semua seperti ini. ingin rasanya berhenti dari rutinitas ini, tapi apalah daya, semua harus tetap aku jalani. aku masih harus bersabar. namun, sakit itu selalu saja menyita waktuku untuk berbuat. Rabb.. lagi-lagi, maafkan aku yang mengeluh. Rabb.. ku mohon kesembuhan dari-MU.

Di tengah sakit kepala ini, ku dengar sebuah rekaman file, "puisi tentang ayah dan ibu". ku tahu, bulir itu akan jatuh, namun aku tetap ingin mendengarnya. semoga, aku bisa lebih baik dan mungkin saja bisa mengurangi sakit kepala ini. pelan.. ku putar dan ku dengarkan dengan seksama. kata demi kata begitu indah, dan tanpa ku perintah pun bayang keduanya bermunculan silih berganti. ayah.. ibu....

Ah.... mestinya aku lebih bersyukur, masih memilikimu dengan lengkap. walau dengan jarak yang jauh dan terbiasa dengan keadaan jauh darimu hingga terkadang diriku tak sadar bahwa ternyata aku masih sangat membutuhkanmu dan bergantung padamu. 9 tahun sudah.. berada di tempat ini, mengenyam ilmu, menapaki nasib dan menjajaki kehidupan. ternyata sudah begitu lama aku tak berada di dekatmu, mencium tanganmu ketika bepergian. aku rindu dengan suasana itu... ayah.... ibu...... begitu indahnya bisa berada di dekatmu, menjadi malaikat yang selalu menemaniku, mendo'akanku bahkan sampai aku sebesar ini...

Puisi itu.. mengingatkanku padamu.. pada kalian berdua yang selalu menemaniku... dan ku ingat jika telah berbulan-bulan tak pernah melihatmu.. menyapamu.. mendengar ceritamu.. membuat masakan buatmu. kurindu dengan semua itu. dan hampir pula kulupa bahwa dirimu kini dalam usia senja, usia dimana semestinya aku yang gantian merawatmu, memperhatikanmu. sekarang waktuku untuk berbakti padamu, kalian layak mendapatkan semua itu dari anak-anakmu. Tapi bagaimna kenyataannya? aku masih di sini, terpekur dalam ritme kehidupan, yang banyak menyita waktu. hingga hampir tak ada waktu untuk menemuimu.

seperti saat ini, sudah beberapa waktu, aku belum juga menemuimu,....

1 komentar: